Rabu, 18 Juni 2014

Tifatul Sembiring: Pentingnya Tabayun Menurut al Qur’an

Tifatul Sembiring: Pentingnya
Tabayun Menurut al Qur’an

18 Mei 2013 11:38
Menkominfo, Tifatul Sembiring
Jakarta (Kiblat.net) – Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo), Tifatul Sembiring mengatakan betapa pentingnya
sikap cek dan ricek (tabayun) dalam
menerima kabar bagi seorang muslim, sebagaimana dijelaskan pada surat al Hujurat: 6 yang berbunyi: “Hai orang-orang
yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
(kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
“Saya sangat terkesan dengan ayat tersebut, bahwa kita diminta untuk melakukan cek dan
ricek,” Kata Tifatul dalam peresmian Media Centre Muhammadiyah,di Jakarta, beberapa
waktu lalu (13/5/2013).

Ia menjelaskan dalam ayat 6 surat al Hujurat tersebut, Allah menyuruh untuk memastikan kesahihan sebuah kabar, Surat ini diturunkan
memiliki latar belakang terkait sebuah peristiwa yang dialami Nabi SAW yang mendapat kabar dari seorang Sahabat Nabi
petugas pemungut pajak yang memberikan kabar tidak benar bahwa akan terjadi penghadangan oleh pasukan kabilah.

Rasulullah sempat terheran, pasalnya kabilah tersebut ia ketahui sudah patuh dan tunduk padapemerintahan Islam. Dan ternyata kabar tersebut memang tidak benar, padahalnsebenarnya kabilah tersebut hendak menyambut.
“Ayatnya berbunyi: Ketahuilah ditengah kalian ada Rasul, ditengah keberadaan Rasul saja
informasi dapat disimpangkan. Pertama, pentingnya cek dan ricek. Karena informasi yang keliru atau sengaja dikeliru-kelirukan
dapat mempengaruhi seseorang mengambil keputusan yang fatal, apalagi di masa-masankritis,” terang politisi PKS ini.

Kata Tifatul, gelar fasik yang diungkapkan ayat tersebut bukanlah ditujukan kepada orang msuyrik tetapi kepada Sahabat Rasulullah. Dimana, ketika itu Rasulullah
masih ada ditengah-tengahnya.
“Bagus, ketika itu masih turun wahyu, kalau sekarang wahyu apa yang turun? Jadi, siapanyang akan meluruskan. Sehingga penting
sekali media center ini untuk Muhammadiyah, karena umumnya umat Islam punya masalah
dalam komunikasi” bebernya.
Ia juga mendorong media center dapat berperan sebagai humas organisasinMuhammadiyah untuk mendukung pernyataan pimpinan Muhammadiyah agar tidak terjadi penyimpangan informasi.

“Humas dapat dikatakan sebagai mediator antara organisasi maupun tokoh-tokoh organisasi. Dimana media center dapat mengemas pernyataan pimpinan Muhammadiyah dengan yang baik. Apalagi Pimpinan Muhammadiyah sosok yang sibuk sekali, baik vertikal maupun horizontal,”
ucapnya Tifatul berharap media center ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya karena media
center selain sebagai sarana penyebaran informasi juga untuk membangun kredibilitas,
dan citra yang baik bagi organisasi itu sendiri.

Ia mengisahkan ada pelajaran bagus dari
kisah yang dialami Nabi SAW terkait
pentingnya posisi Humas atau Public Relation ketika mengumpulkan kaumnya dan
mengajukan sebuah pertanyaan, apakah mereka percaya jika Rasulullah mengatakan ada suatu kaum yang berkumpul hendak
memcelakakan kaum Quraisy dari balik sebuah bukit? Dikisahkan kaumnya menyatakan kepercayaannya terhadap
kredibilitas Rasulullah,” Wahai Muhammad engkau adalah Al Amin (terpercaya) dan engkau tidak pernah berbohong, jujur, dan
sebagainya”.

Namun, mereka menolak ketika Rasulullah mengajak kepada iman kepada Allah dan hari akhir. Terjadi penentangan oleh kaumnya.
“Tapi, ada yang menarik ketika Rasululllah bertanya kepada kaumnya, ‘bagaimana
sekiranya aku kabarkan kepada kalian?’.

Rasul mengecek imagenya, sebagai
narasumber Rasulullah shollalhu alaihi was Salam sangat dipercaya kredibilitas di depan publik. Jadi tugas Public Relation untuk membangun kredibilitas, untuk membangun image positif, jika ada yang salah harus segera diperbaiki,” tutur Tifatul.

(qathrunnada/kiblat.net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar